"Siapa mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!”
(1Kor 15:35-37.42-49; Luk 8:4-15)
“Ketika
orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari
kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu
perumpamaan: "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya.
Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu
diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.
Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi
kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak
duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.
Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah
seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa
mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia
mendengar!" (Luk 8:4-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Kiranya
hanya segelintir orang yang berpenyakit tuli alias tidak dapat
mendengar, apalagi mendengarkan, dan kebanyakan dari kita memiliki
telinga atau indera pendengar yang baik dan sehat. Namun apakah kita
sungguh dapat dan mau mendengarkan sungguh-sungguh aneka macam suara,
informasi atau ajaran dst.. kiranya boleh dipertanyakan.
Jika kita semua sungguh dapat menjadi pendengar yang baik kiranya hidup
bersama akan sungguh nikmat, nyaman dan mempesona serta menarik,
karena kebanyakan yang diberitakan, diajarkan dan diperdengarkan adalah
apa-apa yang baik. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua,
umat beriman, untuk memperdalam kepekaan mendengarkan, dan tentu saja
tidak hanya dengan telinga fisik, melainkan juga dengan telinga
spiritual atau rohani. Jika kita mendambakan diri tumbuh berkembang
dengan baik sebagai umat beriman yang bermoral dan berbudi pekerti
luhur, hendaknya kita dengarkan dan cccap dalam-dalam sabda Tuhan,
sebagaimana tertulis didalam kitab suci, yang senantiasa oleh
saudara-saudari kita dicoba untuk menguraikan dan merefleksikan serta
kemudian disampaikan kepada kita, entah berupa sharing atau
pemberitahuan perihal nilai-nilai atau keutamaan-keutaman yang bersumber
dari sabda Tuhan. Mereka yang sungguh tekun dan rendah hati
mendengarkan telah menghasilkan buah melimpah, entah berupa
karangan/tulisan atau buku, yang kemudian sangat berguna bagi banyak
orang. Kami berharap anak-anak di
dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibiasakan dalam hal
mendengarkan, dan tentu saja orangtua dapat menjadi teladan dalam hal
mendengarkan dengan baik dan benar.
· “Manusia
pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua
berasal dari sorga. Makhluk-makhluk alamiah sama dengan dia yang berasal
dari debu tanah dan makhluk-makhluk sorgawi sama dengan Dia yang
berasal dari sorga. Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang
alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang sorgawi” (1Kor
15:47-49), demikian sharing iman Paulus kepada umat di Korintus, kepada
kita semua umat beriman. Sharing Paulus ini
kiranya diwarnai oleh ajaran perihal duniawi dan sorgawi, fisik dan
spiritual, tubuh dan roh/jiwa. Kita diingatakan bahwa tubuh kita yang
fisik dan duniawi ini berasal dari debu tanah dan dalam waktu singkat
akan kembali menjadi debu tanah kembali, setelah meninggal dunia dan
dimakamkan nanti. Roh atau jiwa yang bersifat spiritual berasal dari
sorga, dari Allah, dengan kata lain hidup kita berasal dari Allah, maka
jika kita mendambakan hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur,
hendaknya senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan perintah atau
kehendak Allah. Kehendak atau perintah Allah antara lain tertulis di
dalam Kitab Suci, dan oleh para pemimpin agama atau pengkotbah apa yang
tertulis dalam Kitab Suci tersebut diusahakan untuk diteruskan kepada
kita semua melalui aneka cara dan bentuk. Maka baiklah dengan ini kami
mengingatkan dan mengajak kita semua: ketika sedang dalam ibadat
pengotbah menyampaikan kotbahnya, hendaknya sungguh
didengarkan, direnungkan dalam hati dan dicecap dalam-dalam. Bukalah
telinga fisik dan hati anda ketika pengkotbah sedang menyampaikan
kotbah-kotbahnya. Sebagai umat Allah marilah kita bekerjasama dalam
menghayati aneka ajaran yang disampaikan melalui pengkotbah. Ada
kemungkinan bagi kita semua untuk setiap hari membaca dan merenungkan
apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, entah secara pribadi atau
bersama-sama dalam komunitas atau keluarga. Maka usahakan, sediakan
waktu dan tenaga setiap hari untuk membaca dan merenungkan apa yang
tertulis di dalam Kitab Suci. Marilah kita hayati dengan sungguh-sungguh
bahwa kita adalah umat Allah, yang berarti umat yang senantiasa hidup
dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah.
“Maka
musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah
memihak kepadaku. Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN,
firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah
yang dapat dilakukan manusia terhadap aku” (Mzm 56:10-12)
Ign 22 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar