“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan”
(Ams 3:27-34; Luk 8:16-18)
"Tidak
ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau
menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas
kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat
cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan
dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui
dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena
siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak
mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada
padanya.” (Luk 8:16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Ilmu
pengetahuan, keterampilan, bakat, hobby dst.. semakin difungsikan dan
disumbangkan kepada orang lain pasti akan semakin bertambah dan handal,
sebaliknya jika tak difungsikan akan segera musnah atau hilang. Maka
sesuai dengan sabda Yesus hari ini kami mengajak dan mengingatkan kita
semua untuk bermurah hati menyalurkan atau memberikan ilmu pengetahuan,
keterampilan, bakat atau hobby kepada saudara-saudarinya. Memang
pertama-tama dan terutama kita sendiri harus sungguh mencintai ilmu
pengetahuan,
keterampilan, bakat atau hobby yang kita miliki serta kemudian
mewujudkan atau memfungsikannya, entah dibayar atau tidak dibayar,
dipuji atau tidak dipuji. Marilah kita sadari dan cermati bahwa mereka
yang sukses dalam kerja atau usaha adalah orang-orang yang pertama-tama
sungguh mencintai kerja atau usahanya, tanpa kenal lelah mengerjakannya.
Berbagai komisi pastoral di dalam lingkungan Gereja Katolik berawal
dari seseorang yang begitu tekun dan kerja keras mengembangkan bakatnya.
Demikian juga anda yang saat ini menjadi suami-isteri, bukankah pada
masa pacaran sungguh tekun dan kerja keras memperkembangkan benih-benih
cintakasih, sehingga kemudian terampil dalam saling mengasihi sebagai
suami-isteri? Kami berharap kepada kita semua: sekecil atau sesederhana
apapun ilmu pengetahuan, keterampilan, bakat atau hobby yang kita
miliki, hendaknya difungsikan dan jika mungkin disumbangkan kepada orang
lain. Jangan pelit untuk membagikan apa yang kita miliki
kepada saudara-saudari kita.
· “Janganlah
menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal
engkau mampu melakukannya.Janganlah engkau berkata kepada sesamamu:
"Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi," sedangkan yang diminta ada
padamu” (Ams 3:27-28). Kutipan ini mengingatkan dan
mengajak kita semua untuk tidak menunda-nunda memberikan sesuatu kepada
orang lain, yang berhak menerimanya. Secara khusus kami ingatkan
pertama-tama
kepada para pemberi kerja dalam memberikan imbal jasa, hendaknya
diberikan pada waktunya. Yang tak ketinggalan perlu saya ingatkan adalah
mereka yang harus menyalurkan sumbangan atau dana bagi para korban
bencana alam: kami percaya aneka barang dan uang yang anda kumpulkan
berasal dari orang-orang yang baik hati dan tulus hati memberikan
sebagian miliknya bagi mereka yang sungguh membutuhkan, maka hendaknya
ketika menerima sumbangan tersebut segera disalurkan. Memang hal ini
hemat saya perlu dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam
keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua, antara lain
anak-anak dididik untuk segera mengerjakan atau menanggapi tugas atau
kebutuhan. Mungkin secara konkret anak-anak perlu dididik dalam hal
disiplin: disiplin diri pada saat bangun pagi, disiplin diri dalam tugas
belajar dst… Tentu saja hal ini harus ada teladan konkret dalam relasi
antar bapak dan ibu, suami dan isteri: hendaknya saling tanggap akan
kebutuhan masing-masing. Hendaknya cermati dan perhatikan
sungguh-sungguh bahasa tubuh saudara-saudari anda, dan tanggapi sebaik
mungkin. Dalam hal bahasa tubuh hemat saya para suami-isteri lebih
berpengalaman dan mahir, maka hendaknya disalurkan atau diteruskan
kepada anak-anaknya. Marilah kita belajar dari atau
bercermin pada anggota-anggota tubuh kita, yang saling tanggap satu sama
lain setiap kali harus melakukan sesuatu. Misalnya dalam hal makan:
mata melihat, tangan mengambil dan kemudian memasukkannya ke mulut dan
mulut mengunyah seperlunya untuk seterusnya disalurkan ke perut melalui
leher dst…
“Yaitu
dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang
mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan
fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan
yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang
yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang
berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya
dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak
bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya”
(Mzm 15:2-5)
Ign 24 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar