“Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang”
(Ams 30:5-9; Luk 9:1-6)
“Maka
Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa
kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan
penyakit-penyakit.Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan
Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya kepada mereka: "Jangan
membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal,
roti atau uang, atau dua helai baju. Dan apabila kamu sudah diterima
dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ.
Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota
mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap
mereka."Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil
memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala
tempat.” (Luk 9:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sebagai
umat beragama atau beriman kita memiliki tugas merasul atau pewartaan,
yaitu mewartakan Kerajaan Allah atau Allah yang meraja. Tentu saja
pertama-tama dan terutama kita sendiri senantiasa dirajai atau dikuasai
oleh Allah, sehingga kita sungguh menjadi gambar atau citra Allah.
Sesuai dengan sabda Yesus hari ini hendaknya dalam melaksanakan tugas
merasul atau mewartakan Kerajaan Allah kita lebih mengandalkan pribadi
kita, bukan aneka macam jenis sarana-prasarana atau peralatan maupun
bekal berupa makanan atau uang. Dengan kata lain
kehadiran, cara hidup dan cara bertindak kapan pun dan dimana pun
hendaknya memikat, mempesona dan menarik orang lain untuk semakin
beriman, semakin suci, semakin tergerak untuk melakukan apa yang baik,
bermoral dan berbudi pekerti luhur. Aneka bentuk penyakit social telah
menguasai banyak orang masa kini, karena kemajuan dan perkembangan aneka
jenis teknologi, antara lain sarana-prasarana komunikasi, seperti HP
atau internet. Karena HP orang merasa tidak perlu lagi bertatap muka
dalam berkomunikasi atau curhat. HP juga dapat disalahgunakan untuk
penipuan atau melakukan kejahatan. Sabda Yesus hari ini mengingatkan kit
semua pentingnya tatap muka, silaturahmi, antar kita, saudara, sesama
umat beriman atau warga masyarakat. Tentu saja sekali lagi saya
mengingatkan orangtua atau bapak-ibu: hendaknya tatap muka atau curhat
secara langsung setiap hari tidak dilupakan, didiklah anak-anak anda
untuk tidak menggantungkan diri atau dikuasai oleh HP atau internet
dalam berkomunikasi. Hemat saya anda sebagai suami-isteri memiliki
pengalaman yang mendalam perihal tatap muka dan curhat secara fisik atau
langsung, maka teruskan pengalaman tersebut kepada anak-anak anda.
Secara khusus juga kami mengingatkan para pewarta, pastor/kyai/pendeta
dst.. untuk melupakaan sapaan langsung kepada umat yang harus dilayani,.
Datangi dan sapa dengan rendah hati dan kasih umat anda.
· “Jauhkanlah
dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku
kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi
bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan
berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan
mencemarkan nama Allahku” (Ams 30:8-9). Kutipan ini kiranya sangat bagus untuk kita renungkan dan refleksikan serta
kemudian kita hayati. Sebagai umat beriman kita dipanggil untuk menjauhkan diri dari tindak curang atau bohong. Kecurangan dan kebohongan
pada masa ini masih marak dan memprihatinkan, lebih-lebih yang terjadi
di lingkungan Departemen Pendidikan dan Departemen Agama. Di lingkungan
dua departemen yang seharusnya membina warga agar semakin beriman dan
berbudi pekerti luhur, ternyata terjadi sebaliknya. Aneka bentuk korupsi
melalui aneka proyek masih berlangsung terus, entah itu berupa mark-up
anggaran atau kebohongan dalam pelaporan. Sebagai contoh proyek BOS di
lingkungan pendidikan dikorupsi seenaknya oleh para pegawai atau pelayan
pendidikan. Kalau mereka yang bekerja di jajaran pendidikan korupsi dan
berbohong, lalu bagaimana nasib para peserta didik. Sudah dapat diduga
bahwa para peserta didik pun belajar korupsi antara lain dengan
menyontek dalam ulangan atau ujian, dan hal ini dibiarkan oleh para
pendidik/guru atau pengawas. Manipulasi dan kebohongan pembangunan
rumah ibadat dan sarana-prasarana ibadat juga masih marak terjadi. Jika
dalam hal urusan yang suci saja orang masih korupsi, apalagi dalam hal
urusan duniawi. Marilah sedini mungkin anak-anak di dalam
keluarga dididik dan dibina untuk tidak melakukan kecurangan dan
kebohongan, dan tentu saja orangtua dapat menjadi teladan dalam tindakan
baik dan jujur.
“Taurat
yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping
emas dan perak Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di
sorga.” (Mzm 119:72.89)
Ign 26 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar