“Tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
(Ayb 9:1-12.14-16; Luk 9:57-62)
“
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka,
berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut
Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala
mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak
mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada
seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku
pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya:
"Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan
beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi
berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan
dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang
siap
untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan
Allah.” (Luk 9:57-62), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Hidup
beriman alias membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan memang harus
secara total, tidak setengah-setengah atau ragu-ragu. Namun dalam
kenyataan hidup sehari-hari sering kita temukan orang yang tidak total
membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, karena alasan yang tak dapat
dijelaskan atau lebih terikat pada tradisi atau ikatan darah,
sebagaimana digambarkan dalam Warta Gembira hari ini, dimana orang tidak
jadi mengikuti Tuhan dengan alasan yang terucapkan: menguburkan bapanya yang meninggal atau layat atau pamitan kepada orangtua/keluarga. Memang
tidak ada yang dapat menolak permintaan izin untuk melayat orangtua
atau saudara dekatnya, demikian pula orang yang masih terikat pada
orangtua atau keluarga akan sulit untuk hidup mandiri dan
bertanggungjawab. “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya”, demikian
sabda Yesus yang menghambat orang-orang yang ingin mengikutiNya.
Mengikuti Tuhan atau hidup sungguh beriman harus lepas bebas, tidak
memiliki kelekatan yang tidak teratur. Demikian juga orang harus maju
terus, melangkah menelusuri ‘jalan lurus’ tanpa menoleh ke belakang jika
mendambakan sukses dalam hidup, panggilan dan tugas pengutusan. Maka
dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk setia dan
taat pada janji-janji yang telah kita ikrarkan,
misalnya janji baptis, janji imamat, kaul atau janji perkawinan. Kepada
segenap biararwan-biarawati atau anggota Lembaga Hidup Bakti kami
ingatkan dan ajak untuk setia kepada semangat pendiri, hidup dan
bertindak sesuatu dengan spiritualitas Lembaga Hidup Bakti sebagaimana
diwariskan oleh pendiri. Marilah kita bersama-sama berusaha agar cara
hidup dan cara bertindak kita sungguh dikuasai atau dirajai oleh Allah,
sehingga mau tak mau harus melaksanakan kehendak dan perintah Allah
dimana pun dan kapan pun.
· “Jikalau
ia ingin beperkara dengan Allah satu dari seribu kali ia tidak dapat
membantah-Nya.Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan
Dia, dan tetap selamat? Dialah yang memindahkan gunung-gunung dengan
tidak diketahui orang, yang membongkar-bangkirkannya dalam murka-Nya;
yang menggeserkan bumi dari tempatnya, sehingga tiangnya
bergoyang-goyang; yang memberi perintah kepada matahari, sehingga tidak
terbit, dan mengurung bintang-bintang dengan meterai; yang
seorang diri membentangkan langit, dan melangkah di atas
gelombang-gelombang laut” (Ayb 9:3-8). Kutipan ini kiranya
mengingatkan kita semua akan Allah Yang Mahasegalanya. Maka hidup
bersama dan bersatu dengan Allah mau tak mau harus melakukan kehendak
Allah. Kutipan diatas ini juga mengajak kita semua untuk melihat,
mencermati dan mengimani akan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi di
lingkungan hidup kita. Tentu pertama-tama dan terutama perlu kita
cermati dengan teliti dan tekun peristiwa-peristiwa alam yang terjadi
dalam diri manusia sendiri, misalnya tumbuh berkembangnya janin selama
kurang lebih sembilan bulan dalam rahim atau kandungan ibu/perempuan,
masa subur dan tidak subur dalam diri rekan-rekan perempuan, gejala
tidak enak dalam anggota-anggota atau bagian-bagian tubuh kita dst..
Bukankah sungguh merupakan karya atau penyelenggaraan Allah yang luar
biasa atas peristiwa-peristiwa tersebut. Jika kita peka terhadap apa
yang terjadi dalam
tubuh kita sendiri, maka kita juga akan peka terhadap aneka peristiwa
alam yang terjadi di lingkungan hidup kita, serta kemudian mengambil
sikap dan tindakan yang baik, sesuai dengan kehendak Tuhan atas
peristiwa yang terjadi. Kami ingatkan bahwa segala bentuk intervensi,
entah medis atau elektronik, terhadap proses alam, akan mencelakakan
manusia yang bersangkutan maupun orang-orang di sekitarnya. Sebagai
contoh: obat yang canggih dan mahal memang mampu menyembuhkan penyakit
terkait, tetapi sekaligus juga melemahkan organ-organ tubuh lainnya,
sehingga muncul penyakit-penyakit baru. Maka marilah kita jaga kebugaran
dan kesehatan tubuh kita seoptimal mungkin. Ingatlah bahwa merawat
lebih murah daripada mengobati, preventif lebih murah daripada kuratif.
“Dapatkah
kasih-Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat
kebinasaan? Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan,
dan keadilan-Mu di negeri segala lupa?4 Tetapi aku ini, ya TUHAN,
kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang
ke hadapan-Mu.” (Mzm 88:12-14)
Ign 3 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar