Mg Biasa XXVIII: Keb 7:7-11; Ibr 4:12-13; Mrk 10:17-30
"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."
Pada
era kemajuan sarana-prasarana teknologi canggih yang terus bertumbuh
dan berkembang saat ini, antara lain sarana komunikasi seperti tilpon/HP
atau internet, kiranya segala sesuatu ingin diselesaikan dengan seccpat
mungkin. Maka mau tak mau hal itu juga mempengaruhi cara hidup dan cara
bertindak manusia, yaitu ingin ‘cepat-cepat sukses atau menikmati
sesuatu, dst.’, misalnya cepat-cepat menerima ijazah kemudian membeli
nilai atau menyontek, cepat-cepat ingin kaya maka kemudian melakukan
korupsi seenaknya, cepat-cepat naik pangkat dan golongan atau jabatan
kemudian melakukan KKN, cepat-cepat ingin menikmati kegairahan seksual
kemudian meskipun masih remaja atau muda-mudi melakukan hubungan seks
bebas yang berdampak kehamilan dan kemudian melakukan aborsi, dst.. Yang
kiranya marak pada masa
kini adalah cepat-cepat menikmati makanan atau minuman, dan untuk itu
senantiasa mengkonsumsi makanan dan minuman instant dalam kemasan.
Penelitian menunjukkan bahwa karena begitu banyak mengkonsumsi (kalau
tidak boleh dikatakan sebagai menu sehari-hari) makanan dan minuman
instant maka daya tahan fisik melemah alias tidak memiliki kebugaran dan
kesehatan fisik/tubuh yang handal dan tahan terhadap aneka serangan
virus penyakit. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua
untuk hidup dan bertindak mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh
Allah.
"Anak-anak-Ku,
alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor
unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah.” (Mrk 10:24-25).
“Masuk ke dalam Kerajaan Allah” berarti
hidup dan bertindak sesuai dengan perintah dan kehendak Allah, tidak
hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau keinginan
sendiri. Kebanyakan orang masa kini adalah hidup dan bertindak mengikuti
selera atau keinginan pribadi, cari seenaknya sendiri; aneka aturan
atau tata tertib berhenti dalam tulisan dan tidak pernah dilakukan atau
dihayati, sebagaimana dapat kita saksikan di jalanan dimana para
pengendara kurang atau tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas. Demikian
juga banyak orang telah melanggar perjanjian atau ikrar yang telah
diucapkan, misalnya janji baptis, janji perkawinan, kaul, janji/sumpah
pegawai atau jabatan dst..
“Jer basuki mowo beyo” = untuk hidup bahagia, damai sejahtera orang harus siap sedia berkorban dan berjuang, demikian
kata peribahasa Jawa. Peribahasa ini kiranya merupakan suatu ajakan
bagi kita semua untuk hidup dan bertindak mengikuti proses sebagaimana
dikehendaki oleh Allah. Marilah kita lihat dan cermati bahwa tanaman
atau binatang yang hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan proses
alamiah lebih sehat dan segar daripada yang perkembangan dan
pertumbuhannya diintervensi dengan obat atau vitamin buatan. Sebagai
contoh ayam kampung yang tumbuh berkembang secara alamiah meskipun kecil
lebih mahal dan berkualitas daripada ayam piaraan dikandang yang
dibesarkan dengan suntikan hormon maupun makanan-makanan instant.
Kepada
para pelajar atau peserta didik kami harapkan berusaha menjadi pandai
atau cerdas dengan berproses seperti biasa saja, artinya belajar terus
menerus, tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian, demikian juga
dalam hal mengusahakan keterampilan hendaknya mulai dari yang sederhana
kemudian berkembang ke yang lebih sulit dan akhirnya yang sulit dan
berbelit-belit. Kepada mereka yang ingin kaya hendaknya lebih
mengandalkan pada keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, tidak
melakukan korupsi sedikitpun dan dalam bentuk apapun.
Kita
juga diingatkan bahwa ‘bersama dan bersatu dengan Allah’ pekerjaan atau
tugas sesulit dan seberat apapun pasti akan dapat kita lakukan, karena
bersama dan bersatu denganNya segala sesuatu mungkin dapat dilakukan.
Tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas spiritual, beriman dan
bermoral memang tidak mudah dan harus menghadapi aneka macam bentuk
tantangan, hambatan maupun masalah yang berat dan sulit. Pengalaman
menunjukkan bahwa mereka yang siap sedia bekerja keras
dengan membaktikan diri sepenuhnya kepada tugas dan pekerjaan serta
Penyelenggaraan Ilahi senantiasa sukses menyelesaikan tugas atau
pekerjaan sesulit dan seberat apapun. Hidup baik, suci dan berbudi
pekerti luhur di era kemerosotan moral masa
kini tetap mungkin jika kita usahakan bersama dan bersatu dengan
Tuhan. Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup dan tugas kita jika
kita membuka diri terhadapNya.
“Firman
Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana
pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi
dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab
segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya
kita harus memberikan pertanggungan jawab” (Ibr 4:12-13)
Kutipan
di atas ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa hidup
dan bertindak berpedoman pada firman atau sabda Tuhan, antara lain
sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Marilah kita
ingat dan sadari serta tentu saja kita tiru bahwa para santo-santa
semasa hidupnya senantiasa berpedoman pada sabda Tuhan, yang kemudian
juga diikuti oleh para gembala kita, paus maupun uskup, dan juga para
imam, dimana para gembala kita memiliki motto pelayanan dan perjalanan
panggilan dari ayat-ayat Kitab Suci. “Firman Allah hidup dan kuat dan
lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam
sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup
membedakan pertimbangan dan
pikiran hati kita”, demikian peringatan bagi kita semua.
Dalam
kenyataan sehari-hari sering terjadi bahwa kata-kata teman atau saudara
sendiri lebih kuat dan tajam daripada firman atau sabda Allah. Hal ini
menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang atau tidak beriman. Kami
berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk setiap hari
membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, dan
temukan ayat yang mengesan serta selanjutnya jadikan pedoman atau
pegangan perjalanan hidup dan panggilan anda. Tentu saja ayat tersebut
sesuai dengan pengalaman iman atau perjalanan hidup anda. Sebagai contoh
ketika menjelang ditahbiskan imam saya menemukan ayat Kitab Suci “ Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya.” (Ef 3:12). Yang tercetak dengan tebal inilah yang menjadi motto penghayatan imamat saya sampai sekarang.
“Maka
itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh
kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada
tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan
kuanggap bukan apa-apa.Permata yang tak terhingga nilainya tidak
kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di
hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya.Ia kukasihi
lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia
dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya.”
(Keb 7:7-10). Hidup dan bertindak ‘dalam Dia/Allah’ memang tak terlepas
dari doa. Dengan kata
lain saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak melupakan
doa-doa harian sebagai umat beriman atau beragama. Hadapi dan sikapi
aneka tugas, pekerjaan, masalah, tantangan dan beban dalam dan dengan
doa alias bersama dan bersatu dengan Allah, karena dengan demikian pasti
akan dapat kita laksanakan dengan baik dan sukses.
“Ajarlah
kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati
yang bijaksana. Kembalilah, ya TUHAN -- berapa lama lagi? -- dan
sayangilah hamba-hamba-Mu! Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih
setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari
kami. Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas
kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celak “ (Mzm 90:12-15)
Ign 14 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar